Wakil Ketua DPR Soroti Peran Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santri

Isi Konten:

Jakarta – Cucun Ahmad Syamsurijal, Wakil Ketua DPR RI, menekankan pentingnya pembentukan karakter santri dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2024. Ia mendorong pesantren untuk mengembangkan pendidikan vokasi agar santri siap menghadapi tantangan zaman dan bisa berkontribusi dalam pembangunan ekonomi.

“Selamat Hari Santri Nasional 2024 bagi seluruh santri dan komunitas pesantren di Indonesia. Peran santri sangat besar dalam kemajuan bangsa,” ujar Cucun dalam pernyataan tertulis, Selasa (22/10/2024).

Pada perayaan HSN ke-10 ini, Cucun mengajak semua pihak untuk merenungkan kontribusi santri di Indonesia.

“Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk meneladani semangat juang para ulama dan santri terdahulu,” tambah Cucun, yang dibesarkan di lingkungan pesantren. Ia juga mencatat berbagai tantangan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang saat ini dihadapi dunia santri, serta pentingnya pendidikan karakter untuk mengatasi berbagai isu negatif di pesantren.

Metode pembangunan karakter harus menjadi prioritas dalam pendidikan santri untuk mencapai tujuan Undang-Undang No 18 tahun 2019 tentang Pesantren, yaitu memaksimalkan fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.

“Implementasi UU 18/2019 dan peran pemerintah dalam pembinaan perlu diperhatikan agar pesantren tidak menjadi korban isu moral,” jelas Cucun.

Pesantren harus menjadi wadah pembinaan moral dalam masyarakat dan lingkungan sekitar. Pola pengajaran di pesantren diharapkan mampu membentuk santri dengan iman dan ilmu yang kuat.

Cucun berharap para santri terus berjuang berpegang pada iman dan ilmu, serta berperan aktif dalam dakwah dan pemberdayaan masyarakat. “Santri merupakan tulang punggung pembangunan nasional dan harus tumbuh menjadi individu yang bermanfaat bagi bangsa,” tegasnya.

Pentingnya pendidikan vokasi juga menjadi perhatian utama. Pendidikan ini sangat dibutuhkan di era modern untuk membekali santri dengan keterampilan non-akademik yang mendukung peningkatan daya saing.

Sebagai contoh, beberapa pesantren telah mengimplementasikan pendidikan vokasi seperti Ponpes Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, yang berfokus pada agribisnis. Pola ini sebaiknya diadopsi oleh pesantren lain di Indonesia untuk memberikan manfaat bagi santri dan masyarakat.

Cucun juga mengapresiasi pesantren lain yang mengembangkan pendidikan vokasi, termasuk Ponpes Darussa’adah di Kabupaten Bandung yang berfokus pada pertanian dan peternakan, serta Ponpes Bina Insan Mulia di Cirebon dengan pendidikan kejuruan di berbagai bidang termasuk Teknologi Informatika.

Program Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren juga menjadi saranan penting dalam menyiapkan SDM siap pakai di pondok pesantren yang akan memperkuat ekonomi umat.

Di tengah globalisasi, Cucun menegaskan pentingnya menciptakan santri modern yang melek digital. “Santri harus memanfaatkan teknologi untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu Islam, menjadikan mereka agen pembangunan bangsa dalam ekonomi digital,” jelas Cucun.

Ia menggarisbawahi bahwa santri sebagai generasi penerus bangsa harus mengikuti perkembangan zaman agar dapat berkontribusi pada masa depan bangsa. Dengan memanfaatkan teknologi, santri juga dapat mendukung ekonomi digital sesuai dengan tema HSN 2024 “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *